nusakini.com - Lingga - Kabupaten Kepulauan Lingga, Propinsi Kepri memiliki sejarah panjang yang bermula dari kerajaan Lingga di tanah Melayu, semenanjung pulau Sumatera dengan mayoritas penduduknya berprofesi sebagai nelayan dan bermukim di pesisir pantai.

Kepulauan Lingga memiliki topografi yang sangat unik dengan dataran tinggi dan rendah dikelilingi perbukitan yang berpuncak di Gunung Dayek dengan ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut.

Panorama Kabupaten Lingga demikian berkelok, dari kaki gunung hingga lereng perbukitan melandai berupa daratan dan rawa yang ditumbuhi pahon sagu. Konon awalnya, sagu ditanam oleh Sultan Lingga untuk memenuhi kebutuhan rakyat. Maka tak heran hingga saat ini masih banyak masyarakat Lingga mengonsumsi sagu sebagai kebutuhan pokok pangan

Namun sejak tahun 1960 seiring terbukanya kembali tambang timah hitam peninggalan kolonial banyak penduduk pendatang dari luar Lingga yang membawa kebiasaan mengonsumsi nasi sebagai makanan pokok, sehingga sagu perlahan mulai tergeser.

Puncaknya, di era 1980 an, mayoritas masyarakat lingga sepenuhnya telah mengonsumsi beras, sedangkan padi sebagai sumber beras tidak pernah dibudidayakan, membuat komoditas yang satu ini menjadi barang mewah, karena harus dipasok dari luar.

Di akhir tahun 2015, Alias Wello, putera Lingga keturunan Bugis yang lahir dan besar di wilayah Dabo, kawasan pertambangan timah hitam terpilih sebagai bupati ke dua, sejak kabupaten lingga terbentuk.

Dalam berbagai pertemuan dan janji kampanye politiknya, Alias Wello, menyuarakan bahwa Kabupaten Lingga, harus dapat memproduksi beras. Maka sejak dilantik 17 Februari 2016, bupati yang terkenal berpendirian keras dan pantang menyerah ini angsung mengumpulkan seluruh aparatur kabupaten Lingga dan menetapkan prioritas utama dalam 100 hari kerja adalah mewujudkan pencetakan sawah.

Namun gagasan bupati baru ini kurang mendapat respon. Tidak mau kehilangan momentum, Alias Wello, yang pernah menjabat Ketua DPRD Kab. Lingga langsung bekerja ditemani beberapa sahabatnya membuka sendiri lahan sawah seluas 34 hektar di dua desa yakni Desa Sungai Besak dan Bukit Langkap.

Untuk mendorong dan membangun kepercayaan masyarakat Lingga, Bupati Alias Wello mengundang Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman untuk berkunjung dan bertanam padi di lahan sawah yang baru dibuka.

Gayung bersambut, dengan visi dan misi Pemerintahan Jokowi-JK yang "Membangun Indonesia dari Ujung Negeri serta Menghadirkan Negara dalam semua Persoalan Anak Bangsa”, Menteri Amran melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Lingga, 7 September 2016 sekaligus bertanam padi.

Mentan Amran merespon obsesi Bupati Lingga dan menantang dengan memberikan bantuan dari Kementerian Pertanian berupa lahan 10.000 hektar untuk cetak sawah baru berikut alat mesin pertanian dan benih.

Saat itu, Bupati Alias Wello tidak langsung menerima tawaran Mentan Amran karena melihat kondisi masyarakat Lingga yang belum siap dengan usaha tani. namun Menteri Amran juga tak ingin kehilangan momentum. Melihat potensi alam, Kabupaten Lingga, Mentan langsung menetapkan Kabupaten ini menjadi wilayah khusus pembangunan pertanian di perbatasan dan meminta Bupati Lingga menerimanya dan tidak bisa menolak. Maka sejak 2017, pencetakan sawah baru seluas 4000 dilakukan dan hingga saat ini telah mencapai hampir 25 persen.

Pada penanaman padi pertama dan ke dua hasilnya kurang memadai karena tingkat keasaman tanah yang tinggi dan saluran irigasi masih minim. Namun Menteri Amran tidak kehilangan akal. Dia kemudian menugaskan Badan Litbang dan Badan PPSDM Pertanian turun dan bertindak sebagai pendamping.

Maka di tahun 2017, pada penanaman padi yang ke tiga dan panen di tangggal 17 Februari 2017 di Desa Bukit Langkap, Kecamatan Lingga Timur telah menghasilkan produksi sebesar 5 ton/hektar. Pada saat usai panen saat itu juga dilakukan penanaman padi dan juga jagung secara serentak di Desa Sungai Besar kecamatan Lingga Utara.

Bupati Lingga, Alias Wello pun merespon amanat Mentan Amran yang berpesan olah tanah, tanam dan panen setiap hari, 800 hektar sawah dan 1200 hektar jagung ditanam serentak di kabupaten Lingga. 17 Februari 2018 tepat 2 tahun masa kerjanya sebagai bupati.

Staf Ahli Mentan, Dr. Ir. Mat Syukur, yang mewakili Menteri Pertanian saat menghadiri panen dan tanam padi tersebut meminta seluruh jajaran Dinas Pertanian, agar menjaga serta melaksanakan komitmen Menteri Amran.

“Kami diminta Menteri Pertanian menyampaikan hal ini”, kata Mat Syukur, Sabtu (17/2/2018)

Mat Syukur, juga meminta BPTP Propinsi Keppri dan Pusat Penyuluhan agar bekerja keras membangun kawasan-kawasan percontohan agar diseminasi teknologi sistem usaha tani terlaksana dengan efektif dan efisien.

“Potensi Kabupaten Lingga, yang berhadapan dengan Singapura dan Malaysia sangat strategis dan prospektif sebagai lumbung pangan dan pintu ekspor beras organik, seperti yang selalu disampaikan Pak Menteri karena di sini melakukan ekspor bisa dengan ‘sepelemparan tangan", pungkasnya.*(p/eg)